-
Lillelund Skovsgaard posted an update 5 days ago
Beberapa karya sastra yang diproduksi di Yangzhou, seperti novel Qingfengzha, terdapat Bahasa Mandarin Jianghuai. Pada hari Minggu, 7 Juli 2024, anak-anak di TPA Al-Istiqomah Gunung Sari RT 02/01 menyambut mahasiswa KKN Unnes GIAT 9 Desa Karangkepoh dengan antusiasme yang tinggi dalam sesi pembelajaran “Pengenalan Bahasa Mandarin”. Mahasiswa KKN Giat 9 dari Desa Karangkepoh memandu setiap langkah dengan penuh kesabaran, menjelaskan setiap detail proses pembuatan sambil memberikan konteks budaya yang mendalam tentang makna desain Ruyi dalam tradisi Tiongkok. Dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN Unnes GIAT 9 Desa Karangkepoh tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga sebagai fasilitator yang aktif. ASYIKNYA PERTAMA KALI BELAJAR BAHASA MANDARIN: MAHASISWA GIAT 9 KKN UNNES KENALKAN BAHASA MANDARIN DENGAN MEMBUAT GELANG SIMPUL RUYI KHAS CHINA. Selain belajar membuat gelang, anak-anak juga diberi penjelasan mengenai simbol di balik desain Ruyi. Gelang Ruyi dikenal memiliki desain yang melambangkan harapan, kebahagiaan, dan keberuntungan. Selama pelatihan, anak-anak diperkenalkan pada teknik dasar dalam membuat gelang Ruyi. Selama dinasti Ming dan awal dinasti Qing, basantara administrasi didasarkan pada Bahasa Mandarin Yangtze Hilir.
Keberadaan bahasa sastra dan bahasa sehari-hari adalah pembeda yang penting dari Bahasa Mandarin Yangtze Hilir. Sebagai kelanjutan dari kegiatan pembelajaran bahasa Mandarin, pada hari Sabtu, 13 Juli 2024, di tempat yang sama, diadakan kembali pelatihan pembuatan “Gelang Simpul Ruyi” yang merupakan aksesoris tradisional Tiongkok. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan keterampilan pembuatan gelang, tetapi juga untuk memberikan wawasan mendalam tentang budaya Tiongkok melalui praktik langsung. Keterlibatan langsung dalam pembuatan gelang dan pengetahuan yang didapatkan tentang budaya Tiongkok memberikan dampak positif yang mendalam bagi anak-anak. Kegiatan ini berhasil memadukan pembelajaran bahasa Mandarin dengan praktik budaya yang konkret, memberikan anak-anak pengalaman yang berharga dan menyenangkan. Dalam sebagian besar varietas, termasuk dialek Beijing yang menjadi dasar Bahasa Mandarin standar, perhentian terakhir telah menghilang, dan suku kata ini telah dibagi di antara nada-nada dengan cara yang berbeda dalam berbagai subkelompok. Sarjana sebelumnya telah ditugaskan untuk mereka satu atau yang lain dari kelompok ini, atau ke kelompok tingkat atas mereka sendiri. Dalam dialek-dialek Bahasa Mandarin Modern, kontras tiga arah sebelumnya telah ditata ulang menjadi empat nada yang umumnya konsisten di seluruh kelompok, meskipun nilai nada nada sangat bervariasi. Les Mandarin Tangerang Meskipun bahasa Mandarin pada awal dinasti Ming adalah bahasa umum berdasarkan dialek Nanjing, itu tidak sepenuhnya identik dengan itu, dengan beberapa karakteristik non-Jianghuai ditemukan di dalamnya.
Varian Jianghuai timur dan tenggara mengandung ucapan akhir ini, dialek Nanjing, pada sisi lain, terletak di kelompok lain. Melalui kegiatan ini, mahasiswa Unnes tidak hanya menyebarluaskan pengetahuan tentang bahasa Mandarin tetapi juga berkontribusi pada pelestarian dan pemahaman budaya Tiongkok. Kegiatan ini adalah contoh nyata bagaimana integrasi antara bahasa dan budaya dapat menciptakan pengalaman belajar yang holistik dan menyenangkan, serta memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pribadi dan pemahaman global anak-anak. Dengan menggunakan metode pembelajaran kreatif untuk menarik perhatian anak-anak dan memastikan bahwa mereka tidak hanya belajar bahasa tetapi juga menikmati proses belajar. Dalam upaya memperkenalkan dan mempromosikan bahasa Mandarin sebagai bahasa internasional kepada masyarakat, khususnya anak-anak, mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang tergabung dalam Giat 9 Desa Karangkepoh, Kabupaten Boyolali melaksanakan dua kegiatan menarik yang memadukan pendidikan bahasa dan budaya. Acara ini dirancang untuk memperkenalkan bahasa Mandarin kepada anak-anak dengan cara yang interaktif dan menarik. Pendekatan ini dirancang untuk membuat anak-anak merasa nyaman dengan bahasa Mandarin dan menghilangkan kesan bahwa belajar bahasa Mandarin adalah hal yang sulit dan membosankan. Mereka tidak hanya belajar bahasa baru tetapi juga memperoleh keterampilan praktis dan pemahaman budaya yang memperkaya perspektif mereka. Dengan memahami makna di balik gelang yang mereka buat, anak-anak tidak hanya belajar keterampilan baru tetapi juga mendapatkan apresiasi yang lebih dalam terhadap budaya Tiongkok.
Pendekatan ini menunjukkan bagaimana pendidikan bahasa dapat dilakukan dengan cara yang kreatif dan menginspirasi, menjembatani gap budaya, dan mempromosikan pemahaman lintas budaya yang lebih dalam. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang bahasa Mandarin dengan pendekatan yang menyenangkan dan penuh makna. Buat lingkaran kecil pada tali yang tersisa dan masukkan sisa tali ke dalam lingkaran besar dua kali, kemudian dikencangkan. Potong sisa tali dan bakar ujungnya agar tidak terurai. Ikat kedua ujung tali dengan simpul biasa, sesuaikan panjangnya agar gelang dapat dipakai di pergelangan tangan. Masukkan ujung tali ke dalam lingkaran. Masukkan ujung tali ke dalam lingkaran kedua dari bawah dan masukkan tali dari atas lingkaran pertama, kemudian tarik perlahan. Mereka diajarkan mulai dari pemilihan benang yang tepat, pola pembuatan, hingga teknik membuat simpul yang mudah. Dengan pendekatan yang menyenangkan, anak-anak didorong untuk berbicara dan berlatih bahasa Mandarin secara langsung, memberikan mereka kesempatan untuk membiasakan diri dengan bahasa tersebut dalam konteks yang tidak formal. Tarik kedua ujung tali secara bergantian hingga simpul rapat dan membentuk pola. Tarik tali perlahan hingga membentuk simpul, kemudian buat lingkaran kedua di bawah lingkaran pertama.